Wednesday 30 September 2015

Persiapan si kecil masuk daycare di jepang (hoikuen)

Waduhhh...sudah lama sekali saya tidak mengunjungi blog ini...dikarenakan kesibukan sebagai single mom dan student :))

Kali ini saya akan mencoba membagikan informasi tentang persiapan yang dilakukan untuk menitipkan anak di daycare (hoikuen). Alhamdulillah...dengan dikeluarkannya CoE, tidak sulit bagi suami untuk mengurus visa dependent untuk our little angel :))

Berhubung saya disini sebagai mahasiswa, maka memasukkan anak ke salah satu hoikuen adalah satu keharusan. Dan setelah diterima di salah satu hoikuen, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk di hoikuen nanti.

Berikut perlengkapan dan peralatan yang harus disiapkan :

1) Sepatu dalam ruangan (uwabaki)
Ini adalah perlengkapan yang wajib dimiliki oleh setiap pelajar, mulai dari preschool sampai SMA. Sekolah di Jepang mengharuskan muridnya untuk mengganti sepatu apabila akan masuk ke gedung sekolah...termasuk guru, orang tua murid ataupun tamu.

Hasil gambar untuk uwabaki

2) Sprei
Berhubung anak kita akan tidur siang di sekolah, pihak sekolah menyediakan alas tidur dan kita yang harus menyiapkan sprei. Ukurannya adalah ukuran khusus yang hanya muat 1 anak kecil, jadi biasanya para ibu membuat sendiri spreinya. 

3) Selimut
Ada dua macam selimut yang harus disiapkan berdasarkan musimnya. Pada musim panas, selimut yang digunakan harus cukup tipis dan pada musim dingin, pihak sekolah akan menyiapkan selimut tebal seperti bad cover, namun kita harus menyiapkan pelapisnya...seperti sprei.

4) Baju tidur
Baju tidur digunakan untuk tidur siang, disarankan untuk menggunakan baju tidur yang mudah dibuka pasang oleh anak.

5) Baju cadangan
Baju cadangan diperlukan jika suatu saat baju anak terkena kotoran atau basah misal saat dia bermain. Baju cadangan juga termasuk underwear dan kaos kaki.

6) Berbagai macam tas dengan berbagai macam ukuran
    - tas untuk menyimpan baju cadangan
    - tas untuk menyimpan pajama
    - tas untuk menyimpan sprei dan selimut
    - tas untuk menyimpan uwabaki/sepatu ruangan

Hasil gambar untuk renrakubukuro

7) Sikat gigi dan gelas plastik bergagang
Berhubung anak2 akan menyikat gigi setelah makan siang, maka kita perlu menyiapkan sikat gigi dan gelas plastik untuk aktivitas tersebut. Selain untuk menyikat gigi juga terkadang gelas plastik digunakan untuk minum, sehingga pastikan untuk mencucinya setiap hari.

8) Lap mulut
Setelah selesai makan, lap mulut digunakan untuk dibasahi dan melap mulut yang kotor karena makanan. Lap ini harus tiap hari diganti.

9) Tas sekolah
Yang disiapkan adalah tas backpack pada umumnya untuk anak.

10) Baju renang (khusus musim panas)
Pada musim panas, umumnya pihak sekolah akan menyediakan kolam kecil untuk anak2 bermain air...jadi siap2 tiap hari akan membawa baju renang dan handuk basah hehhehe

Sebagai catatan, sepatu ruangan, sprei, selimut dan baju tidur harus dibawa pulang untuk dicuci setiap akhir minggu dan dibawa kembali pada hari senin. Terkadang perlengkapan ini sedikit merepotkan, namun untuk kenyaman buah hati kita...tentunya hal tersebut tidak menjadi halangan, kan ??

Happy preparing !!!

Daycare (Hoikuen) di Jepang

Sesaat setelah saya sampai di Jepang, hal pertama yang saya lakukan selain tentunya melengkapi barang2 di apartemen, adalah mencari informasi tentang sistem pendidikan di Jepang untuk usia pra-sekolah karena saya berencana untuk membawa Nayaka-chan yang saat itu masih berumur 5 tahun untuk sekolah disini. Namun tentunya dengan status saya sebagai mahasiswa, saya tidak bisa mendaftarkan Nayaka-chan ke sekolah TK pada umumnya, tapi harus mendaftarkannya ke daycare (nursery).

Berdasarkan informasi yang saya peroleh, terdapat 2 tipe pendidikan pra-sekolah di Jepang, yaitu Yochien dan Hoikuen. 

Yochien 
Yochien adalah sekolah TK pada umumnya...kalau tidak salah...masuk jam 8.00 pulang jam 12.00. Usia masuk sekolah pun ditentukan. Disini anak2 lebih difokuskan untuk belajar dan tentunya sambil bermain. Di sekolah ini, huruf hiragana dan angka mulai diperkenalkan. Siapapun dapat dengan mudah mendaftarkan anaknya untuk sekolah disini karena jumlah sekolah yang cukup memadai. Biasanya anak2 di sekolah ini lebih mudah untuk dikenali menggunakan seragam dan topi bulat yang lucu2.

Hoikuen 
Sekolah ini dikhususkan untuk anak yang kedua orang tuanya bekerja atau sekolah, sehingga tidak dapat menjaga anak sepulang sekolah. Pada umumnya, sekolah ini di mulai dari jam 8.00 pagi hingga jam 19.00 malam. Berhubung waktu belajar yang tidak ditentukan, maka waktu sekolah setiap anak bisa berbeda2 disesuaikan dengan jam kerja orang tuanya...hehhehehe Nayaka-chan sendiri setiap hari sekolah mulai dari jam 9.00 hingga jam 18.00. 

Tapi jangan dikira, seharian anak2 kita belajar terus yaa...mereka selain belajar, juga makan siang, tidur siang, makan snack sore dan bermain. Di sekolah ini, anak2 lebih difokuskan pada kegiatan keterampilan sambil bermain seperti keterampilan melipat kertas (origami), menggambar, dan kerajinan tangan yang lainnya. Adapun untuk pengenalan hiragana dan angka, saya lakukan sendiri di rumah.

Pada umumnya Hoikuen menerima murid dari umur 0 sampai 5 tahun, walaupun ada beberapa hoikuen yang tidak menerima murid umur tertentu, misal 0-2 tahun. Ketersediaan jumlah hoikuen di Jepang sendiri masih merupakan masalah yang cukup serius. Seperti kita ketahui bahwa wanita muda Jepang saat ini enggan untuk mempunyai anak, salah satu penyebabnya adalah juga sulitnya menemukan daycare yang available. Jumlah hoikuen yang tidak mencukupi dibandingkan dengan jumlah permintaan menyebabkan persaingan antar ibu2 muda untuk mendapatkan tempat di hoikuen juga cukup tinggi. Hal ini juga yang membuat saya ragu apakah Nayaka-chan bisa diterima di salah satu daycare disini atau tidak.

Selanjutnya saya mendaftar ke city hall, karena pendaftaran untuk masuk hoikuen dipusatkan di city hall dimana hoikuen itu berada. Disana saya mendapatkan informasi sekolah mana saja yang masih dapat menerima murid untuk umur 5 tahun. Saat itu hanya ada satu sekolah yang masih dapat menerima 1 anak umur 5 tahun, dan saya akan bersaing dengan ibu2 lain yang juga memerlukan tempat tersebut. Penilaian dari city hall akan dilakukan berdasarkan pengumpulan point, misal, single mother akan dapat satu point, jauh dari orang tua atau family akan mendapat satu point, dsb. Sehingga ada juga kasus pasangan bercerai hanya agar anak dapat diterima di hoikuen...benar2 perjuangan tersendiri... Setelah saya submit berbagai macam syarat dokumen, saya diminta untuk menunggu hasilnya kira2 sebulan kemudian. 

Dalam penantian dag dig dug bercampur pasrah, akhirnya datang juga surat yang menyatakan bahwa Nayaka-chan diterima !!! Alhamdulillah...

Untuk Nayaka-chan sendiri, masa2 di Hoikuen adalah masa yang paling indah, dimana dia bisa beradaptasi dengan kehidupan di Jepang, belajar bahasa Jepang, pergi sekolah agak siang dan tanpa tambahan PR...hehhehee