Friday 19 February 2016

Warna - warni Nikko di musim gugur (part 2)

Setelah mengumpulkan informasi yang cukup, kami memutuskan untuk hari pertama ini mengunjungi wisata yang terjauh yaitu Yutaki Falls. Kami menggunakan bus no. 2A untuk menuju kesana. Perjalanan ke air terjun ini cukup jauh, ditempuh selama 1,5 jam, melalui jalan berkelok2...agak pusing siy...terkadang ada juga yang berdiri jika memang sedang banyak pengunjung.

Kami lalu turun di bus stop no. 40, untuk diketahui, bus stop di Nikko ditandai dengan nomor untuk lebih memudahkan. Perjalanan jauh ini terbayarkan dengan pemandangan air tejun yang magnificent. Air terjun disini sangat besar...mengundang pengunjung untuk betah berlama2 menatapnya...maka kami pun memanfaatkan dengan makan bekal makan siang disini. 

Air terjun Yutaki
Mengingat keterbatasan waktu, setelah makan, kami lanjutkan perjalanan ke Senjogahara Plateu, padang sahara di bus stop no. 38 dengan menggunakan bus no. 2A arah menuju pusat kota. Area ini merupakan hamparan alang2 berwana keemasan...

Senjogahara Plateu
Hamparan alang-alang
Destinasi selanjutnya adalah Ryuzu Falls. Air terjun ini terbilang kecil, namun dengan latar belakang daun yang berwarna2 memberikan pandangan yang luar biasa. Lokasi ini dapat dicapai dari bus stop no. 35. Untuk melihat hulu aliran air terjun ini dengan jarak kira2 300 m dapat dicapai dengan berjalan kaki di walking trail atau naik bus ke arah atas.

Air terjun Ryuzu

Hulu air terjun Ryuzu 
Tidak terasa, hari sudah mulai gelap ketika mengunjungi air terjun Ryuzu. Kami pun memutuskan untuk pulang dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Namun ternyata cuaca hari kedua ini sangat tidak mendukung, berkabut dan tidak dapat melihat pemandanga apapun di area pegunungan, sehingga untuk hari kedua ini, kami hanya dapat mengunjungi jembatan Shinkyo (Shinkyo bridge).

Shinkyo bridge

Warna-warni Shinkyo bridge
Kami pun mengakhiri perjalanan wisata ini dan bertekad akan datang kembali untuk mengunjungi tempat wisata lainnya di Nikko...

Warna-warni Nikko di musim gugur (part 1)

Sebenarnya saya sudah sering mendengar tempat wisata Nikko yang kebetulan masih berada di sekitaran Tokyo, tapi yang saya lihat di internet hanya patung-patung dan temple sehingga saya tidak begitu tertarik untuk mengunjungi tempat ini hehehehhe
Hingga satu saat saya tidak sengaja melihat tempat ini di musim gugur dan terlihat sangat indah dengan daun yang berwarna-warni. Setelah browsing lebih lanjut, Nikko ternyata memang terkenal dengan keindahan nya di musim gugur. Dan berhubung ini adalah tahun terakhir saya di Jepang, maka saya pun memutuskan untuk pergi ke Nikko di musim gugur ini, yang kebetulah menurut prediksi akan mencapai puncaknya sekitar 2 minggu lagi, yaitu di pertengahan-akhir Oktober. Dan saya merencanakan untuk menginap semalam disana.

Di hari Kamis itu, kami pergi sepagi mungkin untuk mengejar kereta pertama dari Asakusa ke Tobu Nikko stasiun. Tapi ternyata kami hanya bisa mengejar kereta kedua jam 7.10 dan tiba di Tobu Nikko stasiun jam 9.22. Saat itu kami menggunakan All Nikko Pass seharga 4.520 yen valid selama 4 hari yang dapat digunakan untuk satu kali pp Tokyo - Nikko dan free seluruh bus di Nikko. Kartu ini sangat ekonomis mengingat tarif bus dari pusat kota ke daerah wisata di daerah pegunungan bisa mencapai 1000 yen lebih. 

Setelah kami tiba di Tobu Nikko station, kami lalu segera melakukan check in di Nikko Park Lodge Tobu Station, hotel yang berada di seberang station, lokasi sangat recommended. Di area situ juga terdapat restoran india yang enak dan restoran lainnya...sehingga tidak akan khawatir kelaparan hehhehee

Tobu Nikko Station
Selanjutnya, kami mulai perjalanan wisata. Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari staf penjualan tiket Tobu, terdapat 3 rute bis yang populer melalui Tobu Nikko stasiun, yaitu : 
1) JR. Nikko tujuan Yumoto onsen (Bus No. 2A)
2) JR. Nikko tujuan Chuzenji onsen  (Bus No. 2B)
3) JR. Nikko tujuan World Heritage Sightseeing (loop, Bus No. 2C)

Daerah Nikko sendiri dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Area pusat kota, dimana terdapat World Heritage.
2) Area pegunungan (Okunikku), dimana terdapat wisata alam seperti air terjun, onsen ataupun padang sahara.

Untuk rute bis nya sendiri, rute Yumoto onsen (bus no. 2A) adalah yang terjauh dari pusat kota / stasiun. Dan untuk rute ini melalui rute yang sama dengan rute Chuzenji onsen (2B). Jadi untuk menuju Chuzenji onsen, kita dapat memilih bus no. 2A ataupun 2B. Sedangkan rute 2C melayani rute di pusat kota.

Untuk itinerary di Nikko...lanjut ke part 2 yaa...


Sunday 14 February 2016

Memperpanjang paspor anak di KBRI Tokyo

Saya akui bahwa saya termasuk orang yang selalu berpikiran negatif saat dihadapkan dengan masalah pengurusan administrasi dan dokumen, membayangkan sulit dan rumitnya, termasuk saat saya diharuskan untuk memperpanjang paspor anak yang akan habis masa berlakunya. Padahal ternyata setelah dijalani....tidak sulit juga ternyata, bahkan sangat mudah, dalam setengah hari saja, pengurusan tersebut bisa selesai...hheehehe

Berikut persyaratan yang harus dilengkapi saat pengajuan perpanjangan paspor anak di KBRI Tokyo :

1) Photo copy alien card anak di Jepang (dikeluarkan oleh imigrasi Jepang, diperlihatkan aslinya)

2) Photo copy akta lahir (diperlihatkan aslinya)

3) Photo copy alien card orang tua (diperlihatkan aslinya)

4) Photo copy paspor orang tua 
(saat pengajuan, kita akan menyerahkan paspor asli ke petugas dan paspor baru akan kita tanda tangani di tempat, dan saat pengambilan atau pengiriman, mereka akan menyerahkan kedua paspor tersebut, lama dan baru)

5) Photo copy surat nikah (saat itu saya tidak membawa surat aslinya, tapi tidak dipermasalahkan)

6) Pas photo anak terbaru ukuran 3 x 4 cm latar belakang putih 
(jika menggunakan photo booth, hati2 dengan background yang umumnya bukan putih. Saat itu saya menggunakan kamera dari hape, dengan latar belakang putih dan cetak di mesin cetak photo di BIC Camera, dan berhasil...lebih murah juga hehhehe)

7) Mengisi SPRI paspor 
(formulir ini tidak bisa didapat online, kita isi saat di kedutaan)

8) Pemohon harus datang sendiri 
(dalam hal ini anak saya ajak ke kedutaan dan berhubung dia sudah umur 7 tahun, jadi dia sudah bisa menuliskan nama di kolom ttd)

9) Membayar biaya pembuatan paspor 2.650 yen 
(untuk biaya ini, kita menggunakan mesin, seperti vending machine, jadi kita hanya memasukkan uang dan terlihat pilihan biaya yang diperlukan, lalu pencet dan akan keluar seperti kertas tanda bukti yang akan diserahkan kepada petugas, tapi ini kita lakukan setelah petugas memverifikasi dokumen). 


Mesin pembayaran 
10) Jika kita menginginkan paspor dikirimkan ke alamat rumah, maka kita harus siapkan letter pack, kita bisa mendapatkan di kantor pos terdekat dengan harga 500 yen (reta paku go-hyaku en). Saat itu saya juga melakukan pengajuan perpanjangan paspor, jadi untuk 2 orang, cukup satu letter pack ke alamat rumah yang sama. Kita tuliskan sendiri nama dan alamat rumah pengiriman di letter pack tersebut.

Untuk pengajuan perpanjangan paspor tersebut hanya bisa dilayani pagi hari dari jam 09.30 - 11.30. Sedangkan untuk pengambilan hanya dilayani siang hari jam 13.30 - 16.30 (Senin-kamis) dan 14.00 - 16.30 (Jum'at).

Daannn...ternyata hanya dalam waktu 3 hari saja, paspor lama dan baru telah sampai dengan selamat dan sentosa di rumah...

Salut untuk petugas kedutaan yang telah melayani dengan baik dan efisien !!!



Letter pack 500 yen

Wednesday 30 September 2015

Persiapan si kecil masuk daycare di jepang (hoikuen)

Waduhhh...sudah lama sekali saya tidak mengunjungi blog ini...dikarenakan kesibukan sebagai single mom dan student :))

Kali ini saya akan mencoba membagikan informasi tentang persiapan yang dilakukan untuk menitipkan anak di daycare (hoikuen). Alhamdulillah...dengan dikeluarkannya CoE, tidak sulit bagi suami untuk mengurus visa dependent untuk our little angel :))

Berhubung saya disini sebagai mahasiswa, maka memasukkan anak ke salah satu hoikuen adalah satu keharusan. Dan setelah diterima di salah satu hoikuen, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk di hoikuen nanti.

Berikut perlengkapan dan peralatan yang harus disiapkan :

1) Sepatu dalam ruangan (uwabaki)
Ini adalah perlengkapan yang wajib dimiliki oleh setiap pelajar, mulai dari preschool sampai SMA. Sekolah di Jepang mengharuskan muridnya untuk mengganti sepatu apabila akan masuk ke gedung sekolah...termasuk guru, orang tua murid ataupun tamu.

Hasil gambar untuk uwabaki

2) Sprei
Berhubung anak kita akan tidur siang di sekolah, pihak sekolah menyediakan alas tidur dan kita yang harus menyiapkan sprei. Ukurannya adalah ukuran khusus yang hanya muat 1 anak kecil, jadi biasanya para ibu membuat sendiri spreinya. 

3) Selimut
Ada dua macam selimut yang harus disiapkan berdasarkan musimnya. Pada musim panas, selimut yang digunakan harus cukup tipis dan pada musim dingin, pihak sekolah akan menyiapkan selimut tebal seperti bad cover, namun kita harus menyiapkan pelapisnya...seperti sprei.

4) Baju tidur
Baju tidur digunakan untuk tidur siang, disarankan untuk menggunakan baju tidur yang mudah dibuka pasang oleh anak.

5) Baju cadangan
Baju cadangan diperlukan jika suatu saat baju anak terkena kotoran atau basah misal saat dia bermain. Baju cadangan juga termasuk underwear dan kaos kaki.

6) Berbagai macam tas dengan berbagai macam ukuran
    - tas untuk menyimpan baju cadangan
    - tas untuk menyimpan pajama
    - tas untuk menyimpan sprei dan selimut
    - tas untuk menyimpan uwabaki/sepatu ruangan

Hasil gambar untuk renrakubukuro

7) Sikat gigi dan gelas plastik bergagang
Berhubung anak2 akan menyikat gigi setelah makan siang, maka kita perlu menyiapkan sikat gigi dan gelas plastik untuk aktivitas tersebut. Selain untuk menyikat gigi juga terkadang gelas plastik digunakan untuk minum, sehingga pastikan untuk mencucinya setiap hari.

8) Lap mulut
Setelah selesai makan, lap mulut digunakan untuk dibasahi dan melap mulut yang kotor karena makanan. Lap ini harus tiap hari diganti.

9) Tas sekolah
Yang disiapkan adalah tas backpack pada umumnya untuk anak.

10) Baju renang (khusus musim panas)
Pada musim panas, umumnya pihak sekolah akan menyediakan kolam kecil untuk anak2 bermain air...jadi siap2 tiap hari akan membawa baju renang dan handuk basah hehhehe

Sebagai catatan, sepatu ruangan, sprei, selimut dan baju tidur harus dibawa pulang untuk dicuci setiap akhir minggu dan dibawa kembali pada hari senin. Terkadang perlengkapan ini sedikit merepotkan, namun untuk kenyaman buah hati kita...tentunya hal tersebut tidak menjadi halangan, kan ??

Happy preparing !!!

Daycare (Hoikuen) di Jepang

Sesaat setelah saya sampai di Jepang, hal pertama yang saya lakukan selain tentunya melengkapi barang2 di apartemen, adalah mencari informasi tentang sistem pendidikan di Jepang untuk usia pra-sekolah karena saya berencana untuk membawa Nayaka-chan yang saat itu masih berumur 5 tahun untuk sekolah disini. Namun tentunya dengan status saya sebagai mahasiswa, saya tidak bisa mendaftarkan Nayaka-chan ke sekolah TK pada umumnya, tapi harus mendaftarkannya ke daycare (nursery).

Berdasarkan informasi yang saya peroleh, terdapat 2 tipe pendidikan pra-sekolah di Jepang, yaitu Yochien dan Hoikuen. 

Yochien 
Yochien adalah sekolah TK pada umumnya...kalau tidak salah...masuk jam 8.00 pulang jam 12.00. Usia masuk sekolah pun ditentukan. Disini anak2 lebih difokuskan untuk belajar dan tentunya sambil bermain. Di sekolah ini, huruf hiragana dan angka mulai diperkenalkan. Siapapun dapat dengan mudah mendaftarkan anaknya untuk sekolah disini karena jumlah sekolah yang cukup memadai. Biasanya anak2 di sekolah ini lebih mudah untuk dikenali menggunakan seragam dan topi bulat yang lucu2.

Hoikuen 
Sekolah ini dikhususkan untuk anak yang kedua orang tuanya bekerja atau sekolah, sehingga tidak dapat menjaga anak sepulang sekolah. Pada umumnya, sekolah ini di mulai dari jam 8.00 pagi hingga jam 19.00 malam. Berhubung waktu belajar yang tidak ditentukan, maka waktu sekolah setiap anak bisa berbeda2 disesuaikan dengan jam kerja orang tuanya...hehhehehe Nayaka-chan sendiri setiap hari sekolah mulai dari jam 9.00 hingga jam 18.00. 

Tapi jangan dikira, seharian anak2 kita belajar terus yaa...mereka selain belajar, juga makan siang, tidur siang, makan snack sore dan bermain. Di sekolah ini, anak2 lebih difokuskan pada kegiatan keterampilan sambil bermain seperti keterampilan melipat kertas (origami), menggambar, dan kerajinan tangan yang lainnya. Adapun untuk pengenalan hiragana dan angka, saya lakukan sendiri di rumah.

Pada umumnya Hoikuen menerima murid dari umur 0 sampai 5 tahun, walaupun ada beberapa hoikuen yang tidak menerima murid umur tertentu, misal 0-2 tahun. Ketersediaan jumlah hoikuen di Jepang sendiri masih merupakan masalah yang cukup serius. Seperti kita ketahui bahwa wanita muda Jepang saat ini enggan untuk mempunyai anak, salah satu penyebabnya adalah juga sulitnya menemukan daycare yang available. Jumlah hoikuen yang tidak mencukupi dibandingkan dengan jumlah permintaan menyebabkan persaingan antar ibu2 muda untuk mendapatkan tempat di hoikuen juga cukup tinggi. Hal ini juga yang membuat saya ragu apakah Nayaka-chan bisa diterima di salah satu daycare disini atau tidak.

Selanjutnya saya mendaftar ke city hall, karena pendaftaran untuk masuk hoikuen dipusatkan di city hall dimana hoikuen itu berada. Disana saya mendapatkan informasi sekolah mana saja yang masih dapat menerima murid untuk umur 5 tahun. Saat itu hanya ada satu sekolah yang masih dapat menerima 1 anak umur 5 tahun, dan saya akan bersaing dengan ibu2 lain yang juga memerlukan tempat tersebut. Penilaian dari city hall akan dilakukan berdasarkan pengumpulan point, misal, single mother akan dapat satu point, jauh dari orang tua atau family akan mendapat satu point, dsb. Sehingga ada juga kasus pasangan bercerai hanya agar anak dapat diterima di hoikuen...benar2 perjuangan tersendiri... Setelah saya submit berbagai macam syarat dokumen, saya diminta untuk menunggu hasilnya kira2 sebulan kemudian. 

Dalam penantian dag dig dug bercampur pasrah, akhirnya datang juga surat yang menyatakan bahwa Nayaka-chan diterima !!! Alhamdulillah...

Untuk Nayaka-chan sendiri, masa2 di Hoikuen adalah masa yang paling indah, dimana dia bisa beradaptasi dengan kehidupan di Jepang, belajar bahasa Jepang, pergi sekolah agak siang dan tanpa tambahan PR...hehhehee


Sunday 6 April 2014

Membuat CoE untuk Keluarga di Jepang

Bagi siapapun orang asing yang akan tinggal di Jepang 6 bulan atau lebih, harus mempunyai Certificate of Eligibility (CoE). Surat ini menunjukkan kesanggupan kita untuk membiayai hidup kita selama di Jepang. Hal ini sebenarnya bisa dimaklumi, karena seperti kita tau, biaya hidup dsini sangat tinggi dan pemerintah Jepang tidak ingin dibebani dengan warga yang tidak dapat menopang hidupnya sendiri. 

Sejak awal datang ke Tokyo, saya langsung mencari informasi bagaimana membuat visa untuk keluarga dalam hal ini anak agar bisa tinggal di Jepang selama saya studi disini. Saya temukan ada 2 cara yaitu:
  1. Membuat CoE dari Jepang untuk keluarga dan nanti dilampirkan pada saat pengajuan visa di Kedutaan Jepang di Indonesia. Dalam hal ini, visa yang akan diajukan adalah visa long term stay as dependent.
  2. Mengajukan visa short term stay, setelah sampai di Jepang, mengubah menjadi visa long term stay (dependent). Pada prinsipnya, tidak dibenarkan mengubah status dari temporary visa menjadi resident visa. Namun ada beberapa pengecualian. Jadi tidak disarankan menggunakan cara ini kecuali memang sangat mendesak dan berani mengambil resiko visa resident ditolak. 

Berhubung saya masih mempunyai banyak waktu dan untuk lebih aman juga, saya pilih cara no. 1. Melihat persyaratan yang banyak dalam membuat CoE membuat saya cukup jiper...tapi bagaimanapun saya harus melewatinya....dan setelah dijalani, ternyata tidak sesulit yang dibayangkan... :)

Adapun dokumen yang diperlukan : (satu anggota keluarga, satu berkas dokumen)
  1. Formulir Aplikasi, format Excel bisa didownload dari website.
  2. Photo 4 x 3 cm background putih tanpa editing 1 lembar.
  3. Photo copy dokumen yang menunjukkan hubungan keluarga, mis. Akta Kelahiran untuk anak atau Surat Nikah untuk suami/istri. Harus translate bahasa Inggris atau Jepang. Dokumen asli diperlihatkan pada saat petugas menanyakan.
  4. Photo copy passport anak atau pasangan.
  5. Financial Statement yang menyatakan kesanggupan membiayai selama tinggal di Jepang. Saya sebagai mahasiswa penerima beasiswa, maka saya lampirkan financial statement dari pemberi beasiswa. Untuk penerima beasiswa Mombusho bisa meminta surat keterangan dari universitas.
  6. School Certificate atau Surat Keterangan dari Universitas yang menyatakan bahwa kita adalah mahasiswa di sekolah tersebut.
  7. Photo Copy passport kita.
  8. Certificate of Resident. Bisa didapatkan dari City Hall tempat kita tinggal.
  9. Photo Copy Resident Card.
  10. Photo copy rekening tabungan di Jepang. (additional)
  11. Amplop yang telah ditulisi alamat tempat kita tinggal dan ditempel perangko 392 yen. CoE yang telah selesai akan dikirimkan via pos menggunakan amplop tersebut.
*catatan : satu anggota keluarga, satu berkas dokumen.

Lebih detail bisa dilihat di website http://www.immi-moj.go.jp/english/tetuduki/kanri/hituyou_syorui.html Semakin lengkap dokumen yang kita lampirkan, semakin sedikit pertanyaan yang akan diajukan oleh petugas dan juga mempermudah proses penilaian dari staf imigrasi. Setelah seluruh dokumen lengkap, saya submit ke kantor Imigrasi di Tachikawa (terdekat dari Hachioji) pada tanggal 19 Maret 2014 tanpa banyak pertanyaan dan saya diberikan semacam tanda terima dan diinfokan bahwa mereka akan mengirim CoE ke alamat yang kita tulis di amplop. Waktu pengurusan CoE adalah maksimal 2 bulan. Namun ternyata 2 minggu kemudian saya mendapatkan balasan dengan dikirimnya CoE anak saya.... Yipppiii... Alhamdulillah...

Insyaallah kita akan segera bertemu nak... :))



 

Saturday 5 April 2014

Akomodasi dan Transportasi Bandara Haneda

Setelah menempuh perjalanan panjang Jakarta - Kuala Lumpur - Tokyo, tibalah saya di bandara Haneda pukul 22.30 waktu setempat. Moda transportasi yang saya gunakan untuk mencapai lokasi apartemen di Hachioji adalah airport bus. Terdapat beberapa pilihan untuk menempuh perjalanan sampai Hachioji yaitu menggunakan kereta, taksi atau bus. Hachioji sendiri terletak di selatan Tokyo, walaupun masih termasuk ke dalam area Tokyo, namun sudah mulai perbatasan...bisa dibilang...kalo cuaca cerah, bisa melihat Gunung Fuji dari apartemen....hehehehhe

Saat itu saya datang pada tanggal 31 Desember tengah malam atau tanggal 1 Januari dini hari, sehingga tidak ada satupun staf dari kampus yang bisa menjemput karena saat libur. Menyadari saya akan tiba tengah malam, saya mulai browsing transportasi apa yang akan gunakan. Jika menggunakan kereta, saya harus beberapa kali pindah kereta dan dengan kondisi membawa 2 buah koper besar, hal itu tidak memungkinkan untuk dilakukan karena artinya saya harus menggeret kedua tas itu untuk transfer kereta. Opsi kedua menggunakan taksi. Tapi seperti yang sudah diketahui umum, tarif taksi di Jepang sangat mahal, untuk mencapai Hachioji, bisa menghabiskan jutaan rupiah. Opsi lainnya menggunakan airport bus. Opsi ini sangat ideal untuk pengunjung yang membawa banyak barang karena tidak ada batasan bagasi dan tidak perlu pindah-pindah kereta. Layanan bus ini selain dari bandara Haneda, juga bandara Narita. Info lengkapnya cek disini ya... http://www.limousinebus.co.jp/en/bus_services/haneda/index 

Namun jadwal terakhir bus ini jam 22.45, sehingga tidak mungkin bagi saya untuk mengejar bus terakhir ini dengan urusan bagasi dan prosedur imigrasi. Sehingga satu-satunya pilihan adalah menggunakan bus pertama jam 06.50 dan menginap di bandara. Itu adalah pengalaman saya yang pertama menginap di bandara. Bandara Haneda seperti halnya di bandara negara maju lainnya, sangat nyaman dengan fasilitas lengkap. Dilengkapi free wifi dengan kecepatan yang luar biasa sehingga saya bisa contact keluarga di Indonesia dan melihat mereka merayakan tahun baru melalui skype...hhehehhe Bahkan kamar mandi pun tersedia bagi yang mau membersihkan diri dengan membayar beberapa ratus yen. Dan saya tidak seorang diri yang menginap, termasuk beberapa orang, mungkin dengan kondisi yang sama. 

Perihal keamanan tidak perlu khawatir karena ada petugas yang berjaga, dan kalaupun kita tidur di kursi memanjang, tidak ada yang menegur. Bahkan saya lihat seorang wanita muda yang ke toilet dan tasnya dibiarkan begitu saja tanpa penjagaan. Dan saya makin mengerti setelah tinggal beberapa lama di Tokyo. Adalah biasa seseorang meninggalkan tas, dompet bahkan hape di atas meja tanpa penjagaan saat ke toilet atau memesan makanan. Bertolak belakang dengan kondisi di Indonesia, meninggalkan hape 5 menit saja sudah raib.... 


Setelah tidur beberapa saat dan mencoba menghangatkan diri dengan jaket dan teman-temannya, akhirnya tibalah waktu saya untuk menunggu bus. Setelah saya beli tiket bus di counter bandara, saya tunggu bus di ruang tunggu. Dan salah satu petugas menanyakan tentang banyaknya koper yang akan saya simpan di bagasi bus dan memberikan label pada koper dan secarik kertas untuk pengambilan koper sehingga tidak akan ada yang salah mengambil koper. Saya harap suatu saat sistem ini bisa diberlakukan di negara kita...